Kapan, 26 Juni 2025. Kegiatan Pembinaan Komunitas Literasi 2025 yang diselenggarakan selama empat hari sejak tanggal 23 hingga 26 Juni 2025 oleh Balai Bahasa Provinsi NTT berlangsung sukses dan penuh antusiasme. Kegiatan ini diikuti oleh pegiat literasi dari berbagai komunitas di wilayah Nusa Tenggara Timur dengan semangat untuk belajar, berbagi pengalaman, dan memperkuat jejaring antar komunitas literasi. Selama empat hari, peserta memperoleh suguhan berbagai materi dan praktik langsung dari para narasumber yang kompeten di bidangnya.
Memasuki hari kedua kegiatan, forum menghadirkan narasumber nasional, Okky Madasari, sastrawan, akademisi, dan pegiat kebebasan berekspresi. Pada sesi pertama, Okky membawakan materi bertajuk Seni Menulis Opini. Dalam pemaparannya, Okky menyampaikan bahwa kemampuan menulis opini tidak hanya bergantung pada keterampilan teknis menulis, tetapi juga pada kemampuan berpikir kritis.
“Untuk bisa menulis opini, pertama-tama seseorang harus bisa berpikir. Berpikir artinya mengolah informasi, menginterpretasikan informasi itu, lalu menguncinya dengan pandangan kita, termasuk menawarkan solusi atas permasalahan yang dihadapi,” tegasnya di hadapan peserta.
Setelah pemaparan materi, peserta diberikan waktu untuk berpikir, menggali isu-isu aktual yang dekat dengan realitas mereka, dan merumuskan tema opini. Tema-tema tersebut kemudian dirangkai menjadi draf opini yang dibacakan di hadapan forum. Peserta terlibat aktif dan kritis dalam menyampaikan pandangannya, menandakan keberhasilan sesi ini dalam menstimulasi kesadaran sosial mereka.
Pada sesi kedua, Okky membawakan materi lanjutan tentang Speech Writing. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk mengembangkan opini mereka menjadi naskah pidato yang persuasif dan komunikatif. Beberapa peserta dipilih untuk membacakan naskah pidato mereka, menciptakan ruang latihan public speaking yang membangun rasa percaya diri. Kegiatan hari kedua ditutup dengan dialog terbuka dan tanggapan dari narasumber terhadap setiap karya peserta.
Hari ketiga berlanjut pembinaan dimulai dengan sesi inspiratif bertajuk Menulis Cerita Anak, yang dipandu oleh Robertus Fahik, perwakilan dari Yayasan Pustaka Pensi Indonesia. Dalam materinya, Robert menjelaskan bahwa menulis cerita anak bukan sekadar menyusun kisah sederhana, tetapi juga menyisipkan nilai-nilai moral yang disesuaikan dengan dunia anak-anak.

Peserta kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok untuk merancang dan menulis cerita anak. Setiap kelompok mempresentasikan hasil tulisannya di depan forum. Ternyata, menulis cerita anak bukan perkara mudah, sebagaimana diakui banyak peserta. Sesi ini membuka perspektif baru tentang pentingnya sastra anak dalam pembentukan karakter sejak dini.
Pada sesi kedua, forum menghadirkan Heni Wardatur Rohmah yang menyampaikan materi Penyusunan Rancangan Program Kerja Komunitas Literasi. Materi ini sangat aplikatif karena langsung menyentuh kebutuhan komunitas literasi dalam pengelolaan program dan kegiatan. Heni memulai dengan membimbing peserta mengidentifikasi kelemahan komunitas baik dari segi manajemen, komunikasi internal, maupun sumber daya.
Setelah itu, peserta diajak untuk melihat potensi yang dimiliki komunitas masing-masing. Dalam suasana diskusi kelompok yang intens, peserta menyusun rancangan program kerja yang realistis dan inovatif. Kegiatan ditutup dengan presentasi dari setiap kelompok yang menjelaskan konsep dan strategi implementasi program kerja komunitas mereka.
Puncak kegiatan Pembinaan Literasi 2025 berlangsung pada hari keempat dengan agenda kunjungan belajar ke Komunitas Lakoat.Kujawas di Desa Taiftob, Kecamatan Mollo, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Komunitas ini dikenal sebagai komunitas kewirausahaan sosial yang mengangkat kearifan lokal dan budaya Mollo sebagai basis gerakan literasi dan pemberdayaan masyarakat.
Peserta disambut hangat oleh Koordinator Utama Komunitas, Dicky Senda. Dalam suasana diskusi yang akrab, Dicky menceritakan proses panjang dan penuh tantangan saat merintis komunitas ini. Ia mengakui bahwa pada awal berdirinya, Lakoat.Kujawas menghadapi berbagai bentuk penolakan dan skeptisisme dari lingkungan sekitar. Namun, dengan ketekunan dan dukungan dari keluarga serta sahabat, komunitas ini kini berkembang pesat dan memberi dampak nyata bagi masyarakat sekitar.
Lakoat Kujawas memiliki fasilitas lengkap seperti coworking space, perpustakaan warga, ruang arsip, dan menjalankan program kolaborasi dengan petani serta penenun perempuan di wilayah Mollo. Diskusi berjalan interaktif. Para peserta mengajukan berbagai pertanyaan, mulai dari strategi pengelolaan dana komunitas, keberlanjutan program kerja, hingga cara menjaga semangat partisipasi anggota.
Kunjungan ini menjadi pengalaman berharga karena membuka mata peserta terhadap pentingnya keberlanjutan komunitas literasi yang terhubung dengan ekonomi kreatif dan budaya lokal. Antusiasme peserta terlihat dari semangat mereka bertanya, mendokumentasikan kegiatan, hingga berdiskusi santai dengan para pengelola komunitas.

Kegiatan Pembinaan Komunitas Literasi 2025 menjadi ruang pembelajaran kolektif yang berharga bagi para pegiat literasi. Selama empat hari, para peserta tidak hanya mengasah keterampilan teknis seperti menulis opini, cerita anak, dan public speaking, tetapi juga membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya mengelola komunitas literasi secara strategis dan berkelanjutan. Melalui pembinaan ini, peserta semakin menyadari bahwa literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tetapi juga soal mengelola gagasan, memberdayakan komunitas, serta memperkuat jejaring untuk perubahan sosial yang lebih luas. Harapannya, setelah kembali ke komunitas masing-masing, peserta dapat menjadi penggerak literasi yang kreatif, adaptif, dan berdampak di lingkungan mereka.
Penulis: Dede Turu
Penyunting: Mario F. Lawi