Buku Terbitan Dusun Flobamora Jadi Nomine Penghargaan Sastra Kemendikdasmen 2025

Menemukan Priamel di Bulan buku esai sastra Mario F. Lawi yang diterbitkan Penerbit Dusun Flobamora pada 2024, jadi salah satu nomine Penghargaan Sastra Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah 2025 kategori Esai/Kritik Sastra. Informasi tersebut diumumkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikdasmen, penyelenggara penghargaan tersebut, melalui akun instagram @badanbahasakemendikbud pada Senin (20/10/2025). Pengumuman pemenang akan dilakukan pada Perayaan Puncak Bulan Bahasa dan Sastra (28/10/2025) di Jakarta.

Menurut keterangan penerbit, Menemukan Priamel di Bulan berisi esai-esai sastra Mario F. Lawi dalam rentang 2012—2023. Dalam buku tersebut, Mario mengomentari dan mencuplik karya para penulis dari berbagai tempat dan masa, dari Homeros sampai Joseph Sali, dari Matsuo Basho sampai Sayaka Murata, dari W.R. Supratman sampai Mezra E. Pellondou.

Dalam keterangan yang sama, penerbit menulis bahwa esai-esai dalam Menemukan Priamel di Bulan menunjukkan beragam rujukan, dari berbagai waktu dan tempat, termasuk dari bacaan-bacaan ribuan tahun lalu yang diakses penulisnya.

“Sang penulis tak segan merujuk karya penyair Romawi Vergilius, yang diaksesnya dalam bahasa Latin, untuk menunjukkan aspek pastoral dari puisi-puisi Felix Nesi. Di tulisan lain, penulis menunjukkan kaitan antara gagasan Borges, Eco, Manguel dan Taleb ketika membahas sebuah buku kumpulan ulasan. Pada kesempatan lain, penulis menunjukkan respons tematik Saramago melalui novelanya terhadap puisi-puisi epik klasik Eropa,” tulis penerbit sebagai keterangan sampul buku tersebut.

Dalam “Prakata” buku, Mario mengungkapkan bahwa sebagian besar esai dalam buku tersebut ditulis untuk kebutuhan publikasi, baik sebagai materi pengantar diskusi, sebagai prolog maupun epilog buku-buku yang dibahas, maupun sebagai esai lepas di media-media cetak dan daring.

“Esai-esai dalam buku ini dikelompokkan ke dalam dua bagian besar. Bagian pertama adalah esai-esai yang merespons puisi, maupun karya yang merespons puisi, dalam hal ini novel Madeline Miller yang bertolak dari puisi-puisi klasik Yunani dan Romawi. Bagian kedua adalah esai-esai yang merespons karya-karya selain puisi, baik buku cerpen, ulasan, novel, maupun pementasan,” tulis Mario di salah satu bagian “Prakata” buku tersebut.

Mario mengaku ia kaget karyanya terpilih sebagai salah satu nomine.

“Karya tersebut kami kirim bersama karya-karya lain yang diterbitkan penerbit Dusun Flobamora. Saya bahkan sudah lupa bahwa sempat mengirimkan buku esai tersebut bersama buku-buku lain terbitan Dusun. Kabar tentang terpilihnya karya tersebut pun saya dengar dari kawan-kawan penulis dan komunitas di tengah perjalanan kerja ke Rote,” ungkap Mario saat dihubungi melalui pesan WhatsApp (21/10/2025).

Mario berharap, terpilihnya buku tersebut membuat semakin banyak kritikus dan penulis di NTT, terutama yang berasal dari kampus-kampus, merasa bangga mengkaji karya para penulis NTT.

“Sejumlah esai dalam buku itu memang mengomentari karya-karya para penulis NTT seperti Ishack Sonlay, Julius Siyaranamual, Mezra Pellondou, Erich Langobelen sampai John Dami Mukese,” ungkap Mario.

Menemukan Priamel di Bulan sendiri telah didiskusikan pada Festival Sastra Santarang 2024 di Kupang. Dalam festival tersebut, Mario juga mengajar kelas menulis esai sastra kepada para mahasiswa dari beberapa kampus di Kupang.

Buku-buku lain dalam daftar nomine adalah Tiga Menguak Chairil: Media, Perempuan, dan Puitika Kiri karya Cep Subhan, Posthumanism karya S. Jai, Hegemoni Kuasa dalam Sastra karya S. Prasetyo Utomo, dan Maling, Mitos, Wanita, Sastra karya Triyanto Triwikromo. Selain kategori Esai/Kritik Sastra, Penghargaan Sastra Kemendikdasmen 2025 juga diberikan untuk kategori Buku Puisi, Novel, Kumpulan Cerpen, dan Naskah Drama.

Mario F. Lawi merupakan sastrawan yang bergiat di Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Ia telah menulis setidaknya delapan buku puisi tunggal, dan empat buku esai. Selain itu, ia aktif menerjemahkan puisi-puisi para penyair Romawi, dan setidaknya telah menerbitkan tujuh buku terjemahan puisi Latin. Sejumlah puisinya telah diterjemahkan ke bahasa Inggris, dan terbit di Indonesia, Australia, dan Inggris, antara lain, dalam Stand Magazine (Issue 221, Volume 17 Number 1, March – May 2019) terbitan School of English, University of Leeds (terjemahan Inggris dikerjakan John McGlynn), antologi I am both stranger and of this place (Wrecking Ball Press, 2019), dan Portside Review (2022, terjemahan Inggris dikerjakan Sebastian Partogi).

Sejumlah karyanya telah meraih berbagai penghargaan dan nominasi, antara lain Buku Puisi Rekomendasi Majalah Tempo 2013, Buku Puisi Pilihan Majalah Tempo 2014, Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa (Khatulistiwa Literary Award) untuk Ekaristi (2014), Mendengarkan Coldplay (2016), dan Keledai yang Mulia (2019), Lima Besar Buku Puisi Pilihan Tempo 2016 untuk Mendengarkan Coldplay, dan Nomine Penghargaan Sastra Kemendikbudristek 2023 kategori Buku Puisi untuk Homo Narrans.

Pada 2014, Mario meraih Academia Award kategori Sastra dari Forum Academia NTT. Ia juga meraih Penghargaan Terbaik I Taruna Sastra 2015 dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Keranjang Belanja
Scroll to Top