Sale!

Seroja Mekar di Telaga Duka

Original price was: Rp55.000,00.Current price is: Rp50.000,00.

Seroja Mekar di Telaga Duka
© Paoina Bara Pa, dkk.

Penulis: Paoina Bara Pa, Audrey Elisabeth Gaspers, Serines Bela Bodu, Gloria Nesimnasi, Srinana Nanga, Nanda Rosali Puay, Marlen Heke, Antoni Abi Manu, Hermin Sarti, Novena Diana Mandjarama, Leni Kolis, Maria Kamaleng, Itron Johanis Lette, Jeni Bantaika, Asti Liunokas, Omega Djami, Orianus Nesimnasi, Anonim, Ivana Bessie, Juita Boimau, Margaritha Manno, Erlina Faot, Reza Lakapu, Jon Tomas Atama, Jumiati Tamonob, Ino Lilifan Sakan, Maryo Bunga, Lusiando Lado, Eno Manekan Benu, Bella Omega Suilima, Lilian Pe, Angela Ndun, Irma Tersia Mesen, Erna Yubita Koy, Dian Anone, Eunike Kleransia Ano, Deferlinda Boemau, Mersi Yutresli Bani, Debora Samoy, Sinthia Imaniar Ani, Olfi Alvionita Rondo, Ika Silvia Adulanu, Devi M.D. Naisuis, Dinda Valensia Bunga.

Editor: Paoina Bara Pa & Mario F. Lawi
Prolog: R.D. Leo Mali
Epilog: Mario F. Lawi
x+66 hlm. 13×19 cm
Cetakan pertama, Mei 2025

Covid-19 secara global dinyatakan sebagai pandemi, dan pemerintah Indonesia menetapakan bencana ini sebagai bencana non-alam pada awal bulan Maret 2020. Seluruh aktivitas sosial mendadak berubah dan beradaptasi dengan protokol kesehatan. Di tengah situasi demikian, beberapa wilayah di NTT, seperti Pulau Sumba, Flores, Alor, Timor, Rote-Ndao, Sabu-Raijua, dihantam Siklon Tropis Seroja pada tanggal 4-5 April 2021. Bencana ini membawa kerusakan serta menghancurkan infrastruktur-infrastruktur penting, termasuk kampus Undana, tempat nyaris semua penulis buku ini menimba ilmu, menguras sumber daya ekonomi, harta benda, kehilangan dan kematian dan kehancuran pada manusia, hewan, dan lingkungan.
Secara psikis, Seroja menimbulkan trauma yang sangat luar bagi setiap orang pada daerah terdampak. Ketika naskah ini dikerjakan, selain editor, para penulis buku ini merupakan mahasiswa semester dua Universitas Nusa Cendana di tiga program studi—PKN, PAUD, dan Manajemen Sumber Daya Perairan. Puisi-puisi dalam buku ini mengungkapkan pengalaman mereka saat badai Seroja mengamuk. Menulis sebagai sarana ekspresi diri menjadi ruang mereka belajar menarasikan pengalaman tersebut.

Buku puisi ini, sejauh pengamatan kami, merupakan antologi puisi pertama yang mendokumentasikan peristiwa Seroja: nama sebuah bunga, tetapi menyimpan luka bagi orang-orang di Pulau Timor. Refleksi melalui puisi-puisi dalam buku ini menunjukkan tanda kepedulian dan pergumulan mereka dengan sungguh-sungguh berhadapan dengan situasi bencana, sekaligus menawarkan aura dari kebenaran bahwa manusia rapuh dan kecil di hadapan semesta. Di hadapan pertanyaan-pertanyaan “Mengapa bencana terjadi?” dan “Apa itu sebuah hukuman?”, para penulis dalam buku ini tidak hanya bertanya—mereka turut berbagi kekuatan spiritual bahwa mereka melihat kemahakuasaan Tuhan yang ajaib. Mereka ada karena Dia yang melindungi meski dalam bahaya maut.

Antologi puisi ini kami terbitkan pada tahun keempat setelah Seroja melanda, sebagai ajakan untuk mengingat bencana, dan terutama, belajar dari kesalahan-kesalahan kita sebagai penyebabnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kiranya puisi-puisi ini menjadi dokumentasi sejarah yang berharga.

Shopping Cart
Scroll to Top