Sale!

Halaman 9

Original price was: Rp55.000,00.Current price is: Rp50.000,00.

Halaman 9
© Marsel Robot

Penulis: Marsel Robot
Editor: Mario F. Lawi
Lukisan Sampul: Catherine M Wood, “Old books”, oil on panel, 22.5 x 33 cm. (8.88 x 13 in.), diakses dari situs https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Catherine_M._Wood_Old_books.jpg
Cetakan Pertama, April 2025
x + 66 hlm. 13 x 19 cm
ISBN: 978-623-89734-2-2

Menulis puisi sesungguhnya bukanlah pilihan saya dalam bersastra. Saya lebih suka menulis esai, lebih enteng, dan lebih mudah menjemur imajinasi. Sementara puisi begitu mentereng. Meski puisi merupakan sarana paling enteng dalam hal bentuk, tetapi paling menyiksa menanamkan isi dalam petak-petak (barisnya). Sebab, pengalaman yang ditenggelamkan ke dalam puisi tak pernah kelar, apalagi kelir. Bahkan, memang tidak boleh kelar. Sebagian puisi, saya tulis sepertinya untuk puisi itu sendiri. Kadang, saya sendiri tidak memahami puisi-puisi itu. Puisi yang lahir sebagai anak di luar kandungan kesadaran. Sebagian lain, puisi bertendensi, mengandung intensi mengucapkan realitas.

Tiba di level itu, maka pembacalah orang yang paling berhak untuk memutilasi setiap urat dan saraf estetik puisi ini. Pembacalah yang memeriksa dan membongkar partikel-partikel pesan yang mengendap di dasar puisi sembari menuduh saya sebagai orang yang tidak bertanggung jawab, dan penulis puisi di pinggir selokan sejarah. Biarlah pembaca yang menentukan kadar itu. Pembaca pula yang menginstalasi makna lebih daripada yang saya tulis. Tugas saya menulis, entah disebut puisi, mantra, nota belanja. Toh, kalau puisi-puisi ini saya tulis dengan serius atau dengan totalitas untuk tidak sekadar isengan, bukan jaminan bahwa puisi memenuhi kualifikasi sebagai sebuah karya yang kita sebut puisi itu. Dan barangkali hanya sekadar referendum antara saya dengan realitas. Tugas saya terakhir ialah menggantung lentera kecil di dekat jendela biar pembaca dapat menengok “ke dalam” sebelum puisi ini sekadar pusara. Siapa tahu pembaca melihat ada kata-kata yang berduyun berjalan “ke dalam”, melewati tikungan skandal dan di sana ada kerlap cahaya.
(Marsel Robot)

Shopping Cart
Scroll to Top