oleh Saddam HP
Saya berkenalan dengan Armin Bell pada Workshop Cerpen Kompas 2015 di Bentara Budaya Bali yang diampu oleh Budi Darma dan Gde Aryantha Soetama. Dalam sesi presentasi cerpen, Armin sempat dipuji oleh kedua pemateri karena cerpennya “Sepuluh Genggam Pasir” dinilai memiliki judul dan materi cerpen yang kuat–cerpen yang saya duga kemudian dikembangkan menjadi “Ibu dan Perempuan yang Menangis di Sanur” dalam kumpulan cerpen Perjalanan Mencari Ayam.
Perjalanan Mencari Ayam adalah buku kedua Armin Bell yang berisikan tujuh belas cerpennya yang berkisar dari tahun 2012 sampai 2017. Sebelumnya, ia pernah menerbitkan kumpulan cerpen berjudul Telinga yang dicetak secara self-publishing pada tahun 2011. Perjalanan Mencari Ayam menampilkan kematangan Armin dalam bercerita dan cara bertutur yang khas yang tentu berbeda jauh dengan periode awalnya ketika menerbitkan kumcernya yang pertama.
Tulisan lebih lanjut dapat Anda baca di sini.