Naruto Shippuden: Pengalaman Personal dan Refleksi Biblis

Esai oleh Yuf Fernandez
Pertama kali terbit di Jurnal Sastra Filokalia, edisi November 2024

Anime Naruto merupakan inspirasi bagi Giovanni Arum dalam penulisan buku puisi keduanya yang berjudul Jalan Ninja Seorang Penyair. Dalam prakata buku ini, penulis menyatakan bahwa buku itu merupakan respons puitiknya terhadap tokoh-tokoh dalam anime Jepang Naruto Shippuden. Giovanni, sebagaimana dalam Pelajaran dari Orang Samaria (Dusun Flobamora 2019), menggunakan khazanah-khazanah bilis untuk memperkaya dan memperdalam refleksi puitiknya.

Saya pertama kali menonton anime Naruto pada saluran televisi Global TV (sekarang GTV). Saya masih SD kala itu. Banyak di antara teman sebaya saya yang menonton hal yang sama. Kami kemudian memilih salah satu tokoh yang menurut kami paling keren. Kebanyakan memilih Sasuke, beberapa yang lain Rock Lee, ada yang menyukai Neji, dan Naruto tentunya.

Saya baru dapat menyelesaikan 220 episode Naruto dan 500 episode Naruto Shippuden, dan beberapa film lain pada 2021 ketika berada di bangku kuliah. Menonon anime pada usia 20-an menjadikan pandangan saya terhadap beberapa tokoh mengalami perubahan. Tokoh-tokoh yang semula tidak menarik seperti Hinata dan Shikamaru mengambil tempat tersendiri dalam hati saya. Mereka tampil sebagai tokoh yang tidak dominan bagi keseluruhan cerita namun begitu berdampak pada saat tertentu.

Ingatan saya tentang Naruto telah didominasi oleh peran kedua tokoh ini. Pertama, Hinata dalam pertempuran Naruto melawan Pain. Ketika Naruto hampir dikalahkan dan tidak ada orang lagi yang cukup kuat untuk bertarung, Hinata terjun untuk menolong Naruto. Ia tahu akan kalah, tetapi ia berjuang dengan caranya sendiri. Kedua, pertarungan Shikamaru melawan Hidan. Shikamaru punya cara bertarung sendiri. Kekuatan utamanya bukan pada taijutsu, ninjutsu atau genjutsu, melainkan pada kecerdasannya. Ia mempersiapkan rencana dengan teliti dan akhirnya berhasil mengubur Hidan yang telah membunuh gurunya, Asuma.

Penulis dalam buku puisi ini juga menampilkan ketertarikan pad atokoh-tokoh anime Naruto Shippuden. Dalam Jalan Ninja Seorang Penyair, ada empat puisi tentang Naruto, dua tentang Sasuke, dua tentang Itachi, dan masing-masing satu puisi tentang tokoh-tokoh lainnya.

Engkau tentu bukan Mesias yang dijanjikan.
Tak ada peluk Maria yang tabah,
Ataupun nasihat Yoseph yang bertuah
(“Naruto 1”, hlm. 1)

Giovanni membandingkan Naruto dan Yesus dalam puisi pertama buku ini. Keduanya merupakan orang yang dijanjikan, Naruto oleh ramalan Gamamaru, dan Yesus oleh nabi-nabi Perjanjian Lama. Namun, pada keduanya terdapat perbedaan yang mencolok: Yesus tumbuh dalam kehangatan keluarga, sedang Naruto tumbuh sebatang kara. Sekalipun berbeda, keduanya pada akhirnya maju dengan tekad yang serupa, tak apa jadi martir asal ada takdir yang berubah.

Pada bagian lain, Giovanni menampilkan Hinata dan mempersandingkannya dengan Maria. Baik Hinata maupun Maria memiliki kekuatan yang sama yaitu kesetiaan. Kesetiaan ini menjadikan mereka mampu menempuh jalan mereka sendiri dengan penuh kebebasan sebagai orang yang mengasihi.

“Perempuan akan melawan
dengan caranya sendiri,
ia akan mencintai
dengan kemerdekaannya sendiri.”
(“Hinata”, hlm. 9)

Keputusan Giovanni menghadirkan buku puisi dengan tokoh-tokoh anime dan khazanah biblis memberi beberapa dampak. Pertama, buku ini tampak berbeda dari kumpulan puisi pertamanya. Jika pada Pelajaran dari Orang Samaria kata-kata seperti “tubuh”, “mata”, “iman” maupun “dosa” dapat ditemukan dengan mudah, maka pada Jalan Ninja Seorang Penyair kata-kata tersebut lebih jarang ditemukan. Kedua, puisi-puisi dengan tokoh anime membuat puisi ini dinikmati secara lebih personal oleh orang-orang yang menggaulinya. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa banyak penggemar anime yang menaruh kecintaan pada tokoh-tokoh anime tertentu. Ketiga, tidak dapat dipungkiri bahwa Naruto tidak dinikmati oleh semua kalangan. Pada keadaan serupa, teks-teks Kitab Suci juga tidak didalami oleh bnayak orang. Maka, puisi-puisi dalam buku ini bergerak pada area yang terbatas. Namun, apakah dengan demikian dapat disimpulkan bahwa puisi-puisi dalam buku ini ditulis untuk kalangan terbatas?

Saya tidak berpikir demikian. Setiap puisi terbuka untuk dimaknai secara berbeda. Dengan demikian, buku ini tetap menarik dibaca meski tidak ada kedekatan dengan referensi-referensi pembaca. Siapa saja berhak datang dan menimba air dari mata air yang sama.

Giovanni sejak semula tidak sedang membatasi siapa saja untuk membaca karyanya. Namun, secara alamiah, pilihan tersebut menjadikan setiap orang datang dengan keadaan yang berbeda-beda. Keadaan tersebut yang pada akhirnya mengafirmasi interaksi pembaca dengan tokoh Naruto Shippuden, khazanah biblis, maupun dengan pengalaman-pengalaman personal yang serupa dengan refleksi puitik ini.

Selamat membaca!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Shopping Cart
Scroll to Top